ETOS

Oleh   : Budi Yusnendar

semangat  dan harapan adalah "hal" terakhir yang meninggalkan raga ini setelah nyawa

“Etos” berasal dari bahasa Yunani ethos bermakna watak atau karakter. Secara lengkapnya, pengertian etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Kata “etos” juga merujuk kepada makna “akhlaq” atau bersifat “akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok, termasuk bangsa.  Kata “etos” juga secara sederhana sudah dimafhumi sebagai kata yang identik atau disama- artikan dengan kata “semangat”.
Ada jutaan kisah yang menggambarkan betapa hebat dan pentingnya peran “etos” atau “semangat” dalam hidup manusia dalam pencapaian sesuatu, bahkan tentang kemajuan sebuah bangsa.
Digambarkan bagaimana sebuah bangsa mengejar sebuah pencapaian, bergerak bahu-membahu, penuh perjuangan dan pengorbanan. Sebagai contoh; karya besar pembangunan Qanā al-Suways (popular dengan istilah terusan suez), yang berada di barat Semenanjung Sinai. Terusan ini panjangnya sekitar 163 kilometer, menghubungkan Port Said di Laut Tengah dengan Suez di Laut Merah. Ada semangat yang pada gilirannya telah merubah gurun pasir sebagai jalur perjalanan yang memakan banyak korban menjadi jalur niaga maju dan subur akan hasil bumi.  Dicatat pula dalam sejarah; bagaimana porak-porandanya Hirosima pasca meledaknya bom atom pada perang dunia, namun begitu memicu semangat bangsa jepang untuk bangkit dan menjawab KEHANCURAN DENGAN KEMAJUAN ..
Atau kisah pribadi seorang Steve Job; yang dengan tanpa mengeluh mengembalikan botol coca-cola bekas untuk mendapatkan tebengan tidur di lantai kost teman-teman kuliah,  dan mendapatkan  kembalian 5 sen untuk membeli makanan, berjalan 7 mil melintasi kota setiap minggu malam untuk mendapatkan seporsi makanan yang pantas di Kuil Hare Krishna.  Dia hanyalah anak adopsi, yang juga drop out dari Stanford lalu belajar kaligrafi di Reed College . Namun apa yang terjadi? : semangat atau etos-nya telah membawa dia menyambungakan titik satu ke titik lain, kisah perjuangan satu ke perjuangan lain hingga kebesaran menjadi ganjaran baginya yang tak tersangkalkan. (Stanford Report, June 14, 2005 )
Mari kita perhatikan sebuah kisah !  
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari dia memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. 
Nabi bertanya: "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" 
Sa'ad menjawab: "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." 
Nabi yang mulia berkata: "ini tangan yang dicintai Allah,"  
Diterangkan pula saat itu, nabi yang mulia mencium tangan Sa’ad al-Anshari. Betapa nabi besar begitu menghargai etos kerja dan tujuan-tujuan mulia darinya.  “Subhanallah !
Berkaitan dengan penghargaan etos kerja, Sayidina ali bahkan dalam quotenya berkata bahwa “ Jika kamu merasa letih karena berbuat kebaikan, maka ketahuilah ! : sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan yang akan terus kekal. Dan sekiranya kamu bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal.”
Betapa etos atau semangat menjadi inti kekuatan yang penting bagi hidup manusia, Kedudukan semangat itu setingkat dan sepenting "harapan". Tanpanya ilmu takan tertata, karya takan tercipta dan peradaban takkan tumbuh.  Etos dan semangat  kerja individu adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Kita tak dapat mengandalkan orang lain untuk memiliki etos kerja tinggi karena kita adalah bagian penting dari bangsa ini.  

Berkaca dari bangsa yang masih memiliki banyak hal untuk diperbaiki, sebagai bagian darinya, terselip keprihatinan  jika saja ada pribadi yang memiliki rencana namun malas dalam bertindak,  miris rasanya mendengar diskusi tanpa aksi, dan cukup mengerikan kiranya andai kita yang bercita-cita namun begitu lalai dan malas dalam bekerja. Gundah rasanya membaca diri sendiri;  "di dalam golongan manakah saat ini saya berada?"

Selamat berencana dan melaksanakannya,
Selamat bercita-cita dan mengupayakannya, selamat berdiskusi dan lakukan Aksi, mari kita penuhi hidup kita dengan "karya", sekecil apapun itu penuh semangat dan harapan.

Karena semangat  dan harapan adalah "hal" yang terakhir yang meninggalkan raga ini setelah nyawa, tanpa semangat atau harapan kita hanyalah tubuh atau seonggok daging yang sia-sia, tak beda dengan mayat se-ekor lalat di tengah tumpukan sampah.  Lemahnya semangat, hilangnya harapan dan menunda pekerjaan adalah situasi yang lebih buruk dari pada kematian sebagai “Atheis”. 


Komentar

  1. bukan hal mdh ketika berhadapan dng etos yg buruk,krn sdh menjadi habit dan lahir di dalmnya. spt para peminta yg penghasilannya besar dng mengadahkan tangan.
    perlu byk spirit dr pendahulu kita yg sanggup mengarungi lautan dan samudra,seperti halnya vasco de gama dan colombus,kerna peta yg dibuat al.idrisi utk raja roger II dr sicily.
    atau etos averroes (ibn.rushd) yg menginspirasi berakhirnya era kegelapan d eropa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Pergantian Antar Waktu ( PAW ) Anggota DPR/ MPR

Tuan Baik dan Tuan Buruk

Surat tak terkirim ( Bulan dan Bintang)