The cure for boredom is curiosity. There is no cure for curiosity

Oleh : Budi Yusnendar

Kali ini saya memilih judul berbahasa inggris meski isinya tidak ditulis dalam bahasa inggris. Selain agar lebih tepat dalam penyajiannya (karena ‘itu” adalah kalimat milik orang lain), juga sepertinya lebih menarik , cache (kata orang betawi kece..hehe..) dan berharap membuat pembaca penasaran tentunya.
 
Judul yang saya pilih ini adalah salah satu kata mutiara atau quotes milik Ellen Parr.  Kata-kata mutiara ini begitu terkenal, tapi saya tidak tahu siapa itu Ellen Parr.  Dalam sebuah forum bernama Parr Family Genealogy Forum, saya menemukan sebuah keterangan bahwa Ellen adalah seorang guru pidato di Inggris. Keterangan lain menyebutkan email pribadi Ellen beridentitas di Oregon USA. Lho dari manakah dia berasal? Dan siapakah beliau? … Karena penasaran saya surfing di internet dan hasilnya sama. Belum ada keterangan yang lengkap mengenai siapa Ellen Parr ? . (setidaknya sampai tulisan ini saya buat). Ke-ingintahuan saya sementara belum terobati. ‘Selesai menulis ini saya akan cari siapa itu Ellen Parr.

Tulisan saya yang satu ini tidaklah istimewa, namun saya begitu lama mengerjakannya. Selain karena terkendala aktifitas sehari-hari, juga butuh waktu untuk memilih kata dan kalimat, dan tentu mencari beberapa keterangan atau referensi tambahan untuk menulis tulisan ini, agar tidak “garing” (meminjam istilah dari anak-anak gaul). Tulisan ini jadi tertunda dan tersimpan dalam bentuk kerangka saja.

Sampai suatu pagi anak cantik saya “Almira”, merengek minta dimandikan. seperti biasanya, jika saya berada di rumah, maka saya lah yang jadi most wanted untuk bertugas memandikannya, memakai-kan baju dan menyisir rambutnya. Dia lincah dan begitu lucu. Usianya belum genap tiga tahun, bicaranya-pun belum begitu jelas. Kadang saya butuh translate dari abangnya atau mama-nya. Repotnya ketika ritual-ritual; mandi, makan, memakaikan baju dan lain-lain itu berlangsung, Almira tidak hentinya bertanya “ini apa”, atau “kenapa begitu dan begini”, pertanyaan yang lebih sulit adalah ketika pertanyaan itu panjang, "pertanyaannya aja papamu ini  ga ngerti, apalagi jawabannya de".

Karena saya tidak ingin menghentikan rasa ingin tahu-nya, maka saya panggil “si abang” (kakak Almira), ‘Zehan” namanya. Begitu sampai Zehan didepan kami, keadan tidak jadi lebih mudah.. Zehan yang akan jadi juru penterjemah, malah menghujani saya dengan pertanyaan pula. “ kenapa ade nanya-naya terus pah ?” , Rambutnya pake shampoo aa ya? “Ko ini…” dan “ko itu..? “. Owh My God…!!! ( Terima Kasih Tuhan pagi itu begitu indah cerah dengan hujan tawa dan pertanyaan )

***
Malam harinya dalam perjalanan menuju Lampung diatas kapal Ferry.  Karena termotivasi sekaligus terinspirasi oleh anak-anak saya tadi pagi. Saya melanjutkan menulis tulisan ini sedikit demi sedikit dengan menggunakan gadget (Hand phone), karena Laptop Lowbatt dan Tempat Charging di dek penumpang penuh. ( maksa nulis )
 
Maka petualangan baca tulis dimulai lagi. Kali ini alat tulis dan mencari referensinya adalah hand phone. ( Is ok and why not ).  Mari kita mulai.  Mungkin anda tidak menyadari bahwa saya telah menuliskan tiga peristiwa sekaligus menjadi poin dalam tulisan ini. Mari kita perhatikan kembali poin-poin itu;  Pertama Saya mencari tahu siapa itu Ellen Parr dan belum menemukan keterangan yang cukup,  Kedua Anak-anak pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, sebagai bukti-nya adalah anak-anak saya (inspisasiku).  Ketiga Saya menyengajakan menulis dan mencari referensi dengan alat seadanya, dalam perjalanan laut tengah malam dan diatas sebuah Ferrry yang  sebetulnya tidak begitu nyaman untuk menulis.
***
Mari kita kembali pada judul tulisan ini “The cure for boredom is curiosity. There is no cure for curiosity” . Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia lebih kurang artinya adalah : Obat dari kebosanan adalah keingintahuan. Tidak ada obat untuk keingintahuan. Saya memiliki pendapat bahwa betul; jika rasa ingin tahu kita sudah berkurang atau bahkan tidak ada, maka yang akan datang adalah “kebosanan”. Contoh-contoh yang saya kira relevan adalah; Ketika kita pertama kali mengunjungi kebun binatang, biasanya kita ingin berkeliling, karena ingin tahu, namun setelah kunjungan kesekian kali, kita mulai bosan karena keingin tahuan kita juga sudah habis.

Akan berbeda jika keingintahuan kita besar. Semisal; cerita silat yang di tulis oleh Asmaraman kho ping hoo, bukunya popular dengan istilah ko ping ho. Dalam buku cerita itu tidak ada gambar layaknya komik, ukurannya kecil, akan tetapi gaya penulisananya yang “menarik” membuat pembaca-nya penasaran, merasa ingin tahu kelanjutan dari halaman satu ke halaman lain. Saya sendiri sejak duduk di bangku sekolah dasar, sudah mulai membaca lebih dari 100 judul dari 400 judul karya Asmaraman Kho Ping Hoo ini. Perjudul biasanya lebih kurang 30 seri atau 30 buku, bahkan ada yang sampai 50 buku untuk satu judul. Tapi karena gaya penulisannya berhasil membuat saya penasaran atau ingin tahu, maka saya tidak pernah bosan dan terus membaca.

Rasa “ingin tahu” memang luar biasa, rasa itu serupa gairah yang membakar, rasa lelah kadang tak dihiraukan, situasi tak membuat kita menyerah. Kita menjadi bersemangat dan antusias. Mungkin seperti kanak-kanak yang seringkali terpesona oelh hal-hal yang kita anggap biasa. Karena rasa ingin tahu juga, anak-anak selalu mencari, dia bertanya jika ada orang disekitarnya. Atau meng-utak-atik sebuah benda entah apa yang ada dalam fikirannya, yang pasti biasanya anak-anak tak ada bosannya “ngoprek”


Begitupula saat ini hanya dengan menggunakan sebuah hanphone, saya mencari referensi dan keterangan tentang Ellen Parr, sekaligus menulis tulisan ini. Diatas Ferry yang tidak begitu nyaman, disaat orang-orang mulai kelelahan dan mengantuk karena sudah lewat tengah malam. Tapi rasa ingin tahu selalu membangunkan, membuat semuanya menjadi rasional, sebagaimana dan serupa antusiasme. Antusias membuat kita lebih bersemangat, seperti anak-anak yang seolah tidak kehabisan energy untuk terus mencari tahu dengan bertanya dan bertualang dalam dunianya.


Adakah yang ingin anda tahu saat ini?.. jika jawabannya "tidak", renungkanlah kembali. Jika tetap jawabannya "tidak",  maka berhati-hatilah, mungkin anda tidak tahu apa yang ingin anda tahu

Coba saya beri sedikit klu. Apakah yang akan terjadi pada anda esok hari ? .. Kebanyakan jawabnanya adalah tidak tahu pasti. Dan bertanyalah lebih lanjut, apakah ada tangis sedih atau justru tawa bahagia..?.

Saat menjelang selesai menulis ini, Ellen Parr belum saya temukan keterangannya, tapi quotenya menyadarkan saya. Rasa ingin tahu itu begitu sederhana dan alami, namun memiliki peran yang penting kita sadari. Sehingga dapat menjadi alat untuk mengusir kebosanan  kita.

Menurut Ellen Parr, Obat kebosanan adalah rasa ingin tahu. Tak ada obat untuk keingintahuan
Menurut saya : Keingintahuan itu memang tak ada obatnya karena keingintahuan bukanlah penyakit melainkan alat yang justru harus kita bangun. keingin tahu-an menurut saya adalah naluri yang dianugrahkan Tuhan untuk manusia agar Ber-ilmu pengetahuan.  

******

Beberapa menit lagi kapal akan berlabuh, tulisan inipun segera saya selesaikan. Saya tidak tahu seperti apakah situasi bakau huni dini hari ini. Setelah berapa lama tidak menginjakan kaki dipelabuhan ini, ada terselip rindu dan penasaran ingin tahu, seperti apakah wajah Bakau huni saat ini?.  Seperti apakah Bandar Lampung saat ini, dan lain-lain. Rasa penasaran saya membuat perjalanan selama  12 jam ini tidak membuat saya bosan.

Maha besar Tuhan yang telah menyimpan jutaan misteri pada setiap benda, tempat, dibumi, dilangit, tentang seseorang, tentang laut, bintang dan bulan. Maha sempurna Tuhan telah menyembunyikan "nanti, masa yang akan datang dan esok hari sebagai sebuah misteri.
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Pergantian Antar Waktu ( PAW ) Anggota DPR/ MPR

Tuan Baik dan Tuan Buruk

Surat tak terkirim ( Bulan dan Bintang)