Be Patient



Oleh : Budi Yusnendar,S.H


Be Passion to Patient

Dalam artikel terdahulu saya pernah menulis tentang betapa pentingnya menjadi seimbang. Dalam artikel tersebut saya mengutip konsep dan analogi keseimbangan dari tulisan seorang kolumnis senior favorit saya “Bapak Ekuslie”. Dalam versinya keseimbangan (stable) dan keberlanjutan/ daya tahan (sustainable). 

Keseimbangan merupakan faktor terpenting dalam sebuah “seleksi” evolusi.  Dijelaskan pula bahwa hanya mereka yang memiliki keseimbangan-lah yang akan mampu bertahan dalam kehidupan yang penuh ketidak pastian ini.  Kehidupan yang memaksa kita berada diantara dua sisi; ada alpha ada omega, ada positif ada negative, ada siang dan ada malam sebagaimana selalu ada awal dan ada akhir, serupa peribahasa tak ada pesta yang tak berakhir.

Jika artikel terdahulu saya menulis dengan judul “Be Balance” ( seimbanglah), maka artikel yang tengah and abaca kali ini saya beri judul “Be Patient” (bersabarlah). Saya kaitkan dua artikel ini bukan kebetulan terkait akan tetapi memang memiliki korelasi prinsip yang tidak dapat dipisahkan. Jika Keseimbangan adalah “Tubuh” maka sabar adalah “Ruh”, jika seimbang itu “Raga” maka  sabar adalah “Nyawa”.

Sabar merupakan pra-syarat keseimbangan, disamping syarat-syarat lain kesabaran menjadi kunci yang vital dan mutlak. Sabar bukan hanya sikap bathin yang pasif tanpa tindakan. Sabar merupakan sikap aktif dimana memerlukan banyak energy. Menjadi sabar memerlukan bukan saja kecerdasan akal melainkan diperlukan pula kecerdasa rasa atau hati.

Keseimbangan bukanlah diperoleh dengan peruntungan tapi dengan perhitungan, Keseimbangan bukan terjadi tetapi dijadikan, bukan terlahir tapi dilahirkan, bukan tercipta tetapi diciptakan. Keseimbangan dicapai melalui sebuah proses aktif dan kreatif, dan keseimbangan bukan hasil tapi proses yang berkelanjutan.  
Proses aktif dan kreatif apakah yang menjadi inti dari seimbang tersebut? apakah “ruh” atau nyawa dari keseimbangan itu?...

Sabar adalah sebuah sikap yang dibahas oleh berbagai kitab, diajarkan berbagai agama, bahkan ajaran para mafia sekalipun menegaskan tentang betapa pentingnya menahan diri atau sabar, seperti ajaran para Capo bahwa : Bukalah mata dan telinga lebar-lebar dan tutup mulut serapat mungkin

Para Capo (Mentor/ master Mafioso) mengajarkan betapa pentingnya “mendengar dan melihat” karena mendengar dan melihat adalah syarat utama kita untuk memperoleh informasi. Lalu mentup mulut serapat mungkin diartikan menahan diri untuk bicara, apalagi berteriak. Capo mengajarkan agar didikanya bersikap datar dan tenang. Tak mudah terpancing emosi, jika hati mereka tertawa atau kecewa maka yang muncul di wajah mereka hanyalah senyum. Bahkan mereka terlatih untuk menahan rasa sakit karena siksaan yang terkejam sekalipun demi tidak membocorkan sebuah rahasia.  Disana-lah kesabaran menjadi nyawa-nya. Kesabaran menjadi faktor kunci yang menjadikan mereka besar dan bisa bertahan meski dalam kejahatan.    

Sabar memang bisa diartikan menahan diri, tapi sabar juga merupakan sikap pro-aktif  yang memiliki dampak yang luar biasa hebatnya. Dalam tulisan ini pula saya ingin mencoba mengangkat sebuah kisah nyata untuk menggambarkan betapa hebatnya buah dari sabar.

Pada suatu hari seorang anak sepulang sekolah menyerahkan sepucuk surat yang belum dibukanya, karena surat tersebut ditujukan untuk ibu-nya. Surat tersebut bersumber dari guru-nya di sekolah. Setibanya di rumah maka anak yang memakai alat bantu dengar itu menyerahkan surat tersebut pada ibunya untuk dibacakan.

Betapa kagetnya sang anak melihat ibunya berlinang air mata saat membaca surat tersebut, sehingga Thommy (nama pangilan kecil)  meminta ibunya membacakan kembali surat itu untuknya. Dan sang ibu-pun mengabulkan permintaan Thommy membacakan dengan terbata-bata;  
Anakku sayang mendekatlah dan dengarkan, surat ini berbunyi
Dengan hormat ibunda Thommy,  Ananda Thommy ternyata anak jenius, sehingga guru-guru di sekolah kami tak tahu lagi akan mengajarkan apa terhadap anak ibu yang pandai ini. Kepandaian kami sangatlah terbatas. Maka dengan sangat menyesal, kami menyarankan agar Thommy melakukan kegiatan belajar di rumah saja.
Hormat kami , tertanda Guru Thommy”

Tak terbendung lagi air mata sang ibu, selesai membaca surat itu dipeluklah Thommy dengan penuh cinta dan kasih sayang. Thommy hanya memandangi ibunya namun mengerti apa yang dibacakan ibunda tercintanya tadi. Hari itu-pun berlalu seolah tak terjadi apa-apa. Demikian pula hari-hari selanjutnya, meski Thommy hanya belajar di rumah namun semua berjalan baik-baik saja.

Thommy tumbuh dewasa, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa, penelitian demi penelitian menuai hasil yang mengagumkan hingga dia diganjar piagam nobel, karya Thommy dikenal dengan penemuan paling gemilang sepanjang abad.  
Setahun setelah penganugrahan nobel itu, ibunda Thommy mulai sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah pemakaman, Thommy masuk ke kamar dimana ibunya meninggal. Dan tanpa disengaja, ditemukanlah sepucuk surat yang terlihat sudah usang.


Yang terhormat,
Mrs Nancy Matthews
Dengan hormat. Bersama surat ini, dengan berat hati kami menyampaikan dan menerangkan bahwa; anak ibu bernama Thomas Alpha Edison, Tak lagi bisa melanjutkan kegiatan belajar pada sekolah kami. Hal ini kami putuskan berdasarkan beberapa faktor; selain keterbatasan pendengaran, anak ibu juga kami duga memiliki masalah dengan pengendalian emosi/mental. Dan sekolah tak lagi mampu membina anak ibu karena keterbatasan tenaga pengajar maupun alat bantu.
Terima kasih

Sulit sekali menggambarkan apa yang terjadi pada hati seorang Thomas Alpha Edison saat itu. Yang pasti dikisahkan Thommy atau Thomas Alpha Edison menangis setiap kali mengenang ibunya atas surat itu. Keberhasilan Thommy memang gemilang dan mengagumkan. Namun sesungguhnya kesuksesan Nancy Matthews yang melewati proses yang lebih berat dan kemudian berhasil.

Menciptakan bola lampu listrik  memang  memerlukan kesabaran dan ketelatenan tinggi, namun membesarkan dan mendidik anak memerlukan lebih. Kesabaran seorang Nancy Matthews telah berhasil melahirkan seorang tokoh besar ilmuan dunia.  Inilah salah satu kisah yang membuktikan bahwa dibalik betapa sederhananya sabar ternyata memiliki pengaruh besar terhadap dunia.

Sabar menjadikan kita tenang, sehingga memberikan ruang bagi akal untuk mampu berfikir jernih secara maksimal. Sabar memang bukanlah hal mudah namun sabar juga mendatangkan pengaruh yang sangat besar pula. Sabar juga bukanlah hal yang hanya bisa dilakukan sekali-kali atau sewaktu-waktu saja. Sabar merupakan sikap konstan yang berkesinambungan. Didalamnya terdapat proses kreatif, dimana kita dituntut memiliki kecerdasan emosional untuk mengendalikan diri dan hati. Mengendalikan marah, sedih, gembira, benci bahkan rindu atau cinta.

Kesabaran telah menjadikan dunia terang benderang. Tak hanya Nancy dan Thommy yang menjadi satu-satunya yang menjadi kisah ispiratif dalam tema kali ini. Ingatlah para nabi dan rosul diangkat bukan karena ke-aliman atau kecerdasanya melaikan karena kesabrannya. Atas kesabaran dalam perjuangan merekalah ajaran-ajaran pedoman hidup bisa sampai pada kita.  Saya berpendapat, kesabaran tak hanya mampu membuat hidup kita  di Dunia penuh cahaya, lebih dari itu kesabaran ternyata telah membawa pedoman yang menerangi  rumah kita di akhirat kelak.

Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Pergantian Antar Waktu ( PAW ) Anggota DPR/ MPR

Tuan Baik dan Tuan Buruk

Surat tak terkirim ( Bulan dan Bintang)