Sudahi Dilema Dengan Segera


Oleh : Budi Yusnendar

"Lembutlah ketika kelembutan itu yang terbaik. Dan mantapkan kekerasan saat engkau tidak lagi mendapatkan cara kecuali kekerasan ”



Pengaruh pasar minyak dunia yang sudah mencapai 115 dolar AS per barel atau sudah diatas asumsi APBN 2012 sebesar 90 dolar AS per barel. Memaksa pemerintah memutar otak, sepertinya akan sulit menghindari penetapan kenaikan BBM. Bersamaan dengan itu, suku bunga naik, pajak UMKM pun naik. Sebetulnya situasi ini sudah terprediksi sebelumnya, tergambar pula dampak-dampak yang akan terjadi karenanya.



Fenomena ini tentu menjadi dilema yang bukanlah kecil. Naik atau tidak naik; resiko akan tetap ada, baik resiko jangka pendek maupun jangka panjang. Ada cost sosial yang harus dibayar selain konsekwensi-konsekwensi lain. Apalagi jika keputusan naik atau tidak-nya itu di tunda, cost politik dan sosial akan semakin tinggi, keputusan yang di tunda mengakibatkan ketidak pastian pasar, kebutuhan pokok saja sudah naik dan investor bisa jadi menahan diri untuk melakukan keputusan investasi. Hari ini, naik tidak naik BBM harga kebutuhan masyarakat sudah naik.  Menunda keputusan dan keragu-raguan justru akan memperburuk suasana. "Sebaiknya dilema segera disudahi".


Pertimbangan pemerintah memang tidaklah mudah, ada banyak sekali konsekwensi yang akan di tanggung dikemudian hari. Dua atau tiga bulan saja, prediksi saya inflasi akan terjadi , gejolak sosial bahkan sudah dirasakan dan tak terhindarkan  sebagai dampak negatif.  Belum lagi akan melemahnya UMKM yang dihujam bertubi-tubi oleh kenaikan pajak dan suku bunga selain BBM. Namun perlu juga menjadi catatan dalam waktu setahun atau dua tahun, kebijakan tersebut akan terus mengarah pada surplus neraca pembayaran dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.



Apapun cerita dan keputusannya, sebaiknya peperintah tidak menunda-nunda keputusan. Naik atau tidak bangsa ini tetap dalam proses reformasi yang berbelit, perjuangan begitu berat dan panjang. Tapi itulah dinamika berbangsa dan bernegara, dinamika ekonomi dan dinamika sosial. Semua memiliki resiko.

Bercermin pada kisah-kisah klasik zaman ke-khalifahan Sayyiduna ‘Ali ibnu Abi Thalib krw pernah menulis pesannya kepada para pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan, antara lain berisi :
“Mohonlah pertolongan Allah. Campurlah sikap keras dengan segenggam kelembutan, lembutlah ketika kelembutan itu yang terbaik. Dan mantapkan kekerasan saat engkau tidak lagi mendapatkan cara kecuali kekerasan ”. (Nahjul Balaghoh, Juz III, Hal.597, nomor ke 46)

Sikap tegas memang mengandung unsur keras. Tapi dalam situasi tertentu sikap ini adalah pilihan yang tepat. Sikap tegas dalam situasi itu bukanlah “kekerasan” ,melainkan perpaduan antara sikap “keras”  dengan “kelembutan, keagungan cinta” kepada kebenaran. Sikap tegas adalah Lugas yang .dilandasi oleh tujuan-tujuan mulia.

Baca pula Artikel saya yang serupa di:
http://budiyusnendar.blogspot.com/2013/04/bijak-menyikapi-kenaikan-harga-energi.html -Salam Cinta Negeri -


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Pergantian Antar Waktu ( PAW ) Anggota DPR/ MPR

Tuan Baik dan Tuan Buruk

Surat tak terkirim ( Bulan dan Bintang)